qt gak perlu pake mobil lagi gan... cukup sepeda motor dan berkendara berlindung dibawah bus ini dijamin gak kepanasan dan kehujanan
tEMPO Interaktif, Jakarta - Jika cepat disetujui, "bus ngangkang" sebagai alternatif pengganti monorel dapat beroperasi pada awal 2013. PT Infiniti Wahana, PT Zebra Nusantara Tbk, dan Shenzen Hashi Future Parking Equipment Co dari Cina memberikan usulan langkah kerja mempercepat pengoperasian straddling bus (bus ngangkang).
Pada bulan depan, Oktober 2011, bisa diadakan kunjungan kerja, pemaparan ke DPRD, dan sosialisasi ke pemangku kepentingan. Tanda tangan Nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT BUT Indonesia bisa ditandatangani bulan November 2011. Regulasi payung hukum diharapkan selesai Desember 2011.
"Setelah itu, studi kelayakan ditargetkan selesai April 2012, lalu konstruksi delapan bulan. Bisa operasi mulai Januari 2013," kata Luli Widharmadi, CEO PT Zebra Nusantara Tbk, Jumat, 23 September 2011.
Tentunya, langkah kerja ini baru bisa berjalan jika ada kejelasan dari Pemerintah Provinsi, apakah proyek yang diklaim sebagai solusi masa depan mengatasi kemacetan ibu kota ini disetujui atau tidak. Pemerintah Provinsi juga tidak perlu mengalokasikan dana dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) untuk konstruksi atau subsidi saat sudah beroperasi karena selama 30 tahun akan menggunakan sistem Built Operation Transfer (BOT). "Investasi untuk jalan, terminal, kendaraan dari swasta murni. Untuk operasionalnya juga tidak perlu subsidi," kata Luli.
Pemerintah Provinsi DKI, kata Luli, hanya perlu mengeluarkan izin trayek dan lahan terminal. Konsep "bus ngangkang" ini sendiri beberapa hari lalu baru dipresentasikan ke Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Administrasi, Dinas Pekerjaan Umum, Hasan Basri Shaleh, terkait dengan kemungkinan konstruksi dan Dinas Perhubungan DKI terkait izin trayek. "Saat ini masih dalam proses pengajuan ke Pemerintah Provinsi," tambah dia.
Beberapa waktu lalu, kata Luli, beberapa teknisi Cina sudah datang ke Indonesia dan memberikan arahan. Untuk tahap awal diusulkan trayek yang akan dibangun adalah Blok M-Kota. Nantinya akan dibangun 21 terminal dengan 42 buah bus masing-masing berkapasitas 1200 penumpang.
"Bus Ngangkang" ini berukuran panjang 10 meter dan lebar 6,45 meter, serta terdapat empat gerbong besar yang masing-masing setara dengan kapasitas pengangkutan 10 bus kopaja. Artinya, jika sudah beroperasi, maka satu bus bisa mengangkut sekitar 1200 penumpang. Bus ini menggunakan tenaga listrik tenaga surya yang akan di-recharge di masing-masing terminalnya.
Jika sudah dioperasionalkan, bus ini akan menarik tarif Rp 5000 per penumpang. "Setara dengan tarif Kopaja AC," kata Luli.
Setelah memutuskan tidak meneruskan proyek monorel, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang memikirkan teknologi bus layang untuk bisa mengangkut banyak penumpang, tetapi dengan investasi yang lebih kecil.
Di saat bersamaan, Infiniti Wahana yang juga merupakan salah satu operator bus Transjakarta menawarkan konsep straddling bus (bus ngangkang) atau juga disebutnya sebagai bus layang. Namun, berbeda dari konsep bus layang yang ada sebelumnya, bus layang versi mereka menyerupai monorel karena berbasis rel. Bus ini membentuk konstruksi terowongan setinggi sekitar dua meter dan jalan di bawahnya bisa dilalui kendaraan ukuran kecil dan sedang.
Konsep bus yang masuk dalam "50 Best Inventions 2010" versi Majalah Time ini sudah disepakati dan dalam proses pelaksanaan di berbagai negara, seperti Cina, Brasil, AS, Inggris, Italia, Spanyol, Malaysia, dan Jerman. Di Indonesia, konsep ini ditawarkan ke Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
http://www.tempointeraktif.com/hg/la...357894,id.html
tEMPO Interaktif, Jakarta - Jika cepat disetujui, "bus ngangkang" sebagai alternatif pengganti monorel dapat beroperasi pada awal 2013. PT Infiniti Wahana, PT Zebra Nusantara Tbk, dan Shenzen Hashi Future Parking Equipment Co dari Cina memberikan usulan langkah kerja mempercepat pengoperasian straddling bus (bus ngangkang).
Pada bulan depan, Oktober 2011, bisa diadakan kunjungan kerja, pemaparan ke DPRD, dan sosialisasi ke pemangku kepentingan. Tanda tangan Nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT BUT Indonesia bisa ditandatangani bulan November 2011. Regulasi payung hukum diharapkan selesai Desember 2011.
"Setelah itu, studi kelayakan ditargetkan selesai April 2012, lalu konstruksi delapan bulan. Bisa operasi mulai Januari 2013," kata Luli Widharmadi, CEO PT Zebra Nusantara Tbk, Jumat, 23 September 2011.
Tentunya, langkah kerja ini baru bisa berjalan jika ada kejelasan dari Pemerintah Provinsi, apakah proyek yang diklaim sebagai solusi masa depan mengatasi kemacetan ibu kota ini disetujui atau tidak. Pemerintah Provinsi juga tidak perlu mengalokasikan dana dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) untuk konstruksi atau subsidi saat sudah beroperasi karena selama 30 tahun akan menggunakan sistem Built Operation Transfer (BOT). "Investasi untuk jalan, terminal, kendaraan dari swasta murni. Untuk operasionalnya juga tidak perlu subsidi," kata Luli.
Pemerintah Provinsi DKI, kata Luli, hanya perlu mengeluarkan izin trayek dan lahan terminal. Konsep "bus ngangkang" ini sendiri beberapa hari lalu baru dipresentasikan ke Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Administrasi, Dinas Pekerjaan Umum, Hasan Basri Shaleh, terkait dengan kemungkinan konstruksi dan Dinas Perhubungan DKI terkait izin trayek. "Saat ini masih dalam proses pengajuan ke Pemerintah Provinsi," tambah dia.
Beberapa waktu lalu, kata Luli, beberapa teknisi Cina sudah datang ke Indonesia dan memberikan arahan. Untuk tahap awal diusulkan trayek yang akan dibangun adalah Blok M-Kota. Nantinya akan dibangun 21 terminal dengan 42 buah bus masing-masing berkapasitas 1200 penumpang.
"Bus Ngangkang" ini berukuran panjang 10 meter dan lebar 6,45 meter, serta terdapat empat gerbong besar yang masing-masing setara dengan kapasitas pengangkutan 10 bus kopaja. Artinya, jika sudah beroperasi, maka satu bus bisa mengangkut sekitar 1200 penumpang. Bus ini menggunakan tenaga listrik tenaga surya yang akan di-recharge di masing-masing terminalnya.
Jika sudah dioperasionalkan, bus ini akan menarik tarif Rp 5000 per penumpang. "Setara dengan tarif Kopaja AC," kata Luli.
Setelah memutuskan tidak meneruskan proyek monorel, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang memikirkan teknologi bus layang untuk bisa mengangkut banyak penumpang, tetapi dengan investasi yang lebih kecil.
Di saat bersamaan, Infiniti Wahana yang juga merupakan salah satu operator bus Transjakarta menawarkan konsep straddling bus (bus ngangkang) atau juga disebutnya sebagai bus layang. Namun, berbeda dari konsep bus layang yang ada sebelumnya, bus layang versi mereka menyerupai monorel karena berbasis rel. Bus ini membentuk konstruksi terowongan setinggi sekitar dua meter dan jalan di bawahnya bisa dilalui kendaraan ukuran kecil dan sedang.
Konsep bus yang masuk dalam "50 Best Inventions 2010" versi Majalah Time ini sudah disepakati dan dalam proses pelaksanaan di berbagai negara, seperti Cina, Brasil, AS, Inggris, Italia, Spanyol, Malaysia, dan Jerman. Di Indonesia, konsep ini ditawarkan ke Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
http://www.tempointeraktif.com/hg/la...357894,id.html
No comments:
Post a Comment